Aslm,
Sudah lama rasanya gak memposting mengenai travelling, maka kali ini saya ingin menulis pengalaman saya ke Bromo beberapa waktu yang lalu, kira-kira di bulan Juni. Awalnya yang ke bromo adalah teman-teman UIN sahabat saya, namanya rhisty,namun karena saya sedang ada budget dan waktu serta pikiran sedang membutuhkan refreshing, ikutlah saya dengan Rhisty dan yang lain.
Kami ke Bromo naik bis dari terminal pasar pramuka Jakarta Timur, kami berangkat pukul 7, padahal dijadwalkan pukul 5. Hehehe namanya juga Indonesia dan Jakarta, serba macet, serba jam karet. Hehee..kami berangkat menuju Surabaya, sesampainya di Surabaya kami ke probolinggo naik bis lagi, kemudian menginap di villa yang disewakan oleh masyarakat, kalau tidak salah total sewa selama 1 malam sekitar Rp.300.000. Lalu kami memutuskan untuk istirahat di vila malam itu, paginya kami menuju bromo dengan menaiki jeep. Hari sabtu begitu penuh, jadi harus sabar bergantian naik jeep dengan yang lain. Kira-kira biaya 1 jeep Rp.350.000 dengan 5-6 orang penumpang. Sesampainya di tempat, jeep tersebut menunggu di tempat parkiran untuk kami pulang. Lalu mulailah kami menyusuri puncak bromo dengan menaiki anak tangga yang sangat panjang, katanya ada yang bilang jumlah anak tangga naik ke atas tidak sama lho dengan jumlah anak tangga turun.coba saja dihitung. Hehehe..
Setelah sampai di atas, subhanallah pemandangannya indah banget, kita bisa memandang kawah dalam gunung, kemudian sejauh mata memandang padang pasir mengelilingi bromo . Saya sarankan saat ke bromo, pakailah masker dan kacamata untuk menghindari pasir yang masuk ke mata. Namun walaupun sudah dilindungi masker, tetap saja gigi kita akan merasakan rasanya menggigit pasir. Bagi yang tidak kuat nanjak, bisa menggunakan kuda dengan biaya 15-20 ribu. Jangan takut kehausan, banyak sekali pedagang yang berjualan di saat menanjak puncak bromo. Supaya tak berat saat menanjak, saya sarankan lepaslah jaket jika keadaan sedang tidak terlalu dingin, hal itu akan membantu kita dalam menanjak lho.
Hari Sabtu, kami hanya ke bromo dan melihat-lihat suku tengger yang ciri khasnya adalah menggunakan sarung di leher. Setelah itu kami kembali ke vila untuk beristirahat, mempersiapkan keesokan paginya pergi ke pananjakan untuk melihat matahari terbit. Kira-kira pukul 3 dinihari kami berangkat menuju pananjakan dengan menggunakan jeep kembali, dengan harga yang sama saat ke bromo. Lalu setelah sampai dekat pananjakan, kami berjalan sekitar 1 Kilo ke atas, karena saat itu saya sedang sesak nafas, maka saya memutuskan naik ojek seharga Rp.20.000, kirain sampe ditempat, ehh ternyata setelah itu harus menaiki puluhan anak tangga lagi. Ya sudah saya jalani, dan..sampailah kami di pananjakan, saat bersiap melihat matahari terbit, ternyata saat itu matahari sedang tertutup awan. Sedih jadinya, padahal ke sana tujuannya untuk melihat matahari terbit. Setelah itu kami pulang kembali ke Jakarta, rutenya melalui solo dengan menaiki kereta ekonomi ke stasiun senen.
Yang saya dapatkan dari perjalanan ini yaitu, mengenal rhisty lebih jauh lagi, berteman dengan teman-teman baru dan saya jadi tahu passion travelling saya hehehe
Bye,
Shinjan